Kritik Desain Logo HUT RI ke-80 Tahun 2025

 

Logo 17 Agustus yang ke 80

Logo peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2025 telah menjadi subjek diskusi luas sejak diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 23 Juli 2025 di Istana Negara, Jakarta. Desain ini, yang diciptakan oleh Bram Patria Yoshugi melalui sayembara nasional yang melibatkan 245 peserta, menampilkan angka "80" dengan bentuk silinder yang saling terhubung membentuk simbol infinity, berwarna merah-putih, dan disertai slogan "Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju".[1] Logo ini dirancang untuk merepresentasikan tema nasional tersebut, dengan elemen visual yang menekankan persatuan tak terputus dan aspirasi kemajuan berkelanjutan.[2] Namun, peluncurannya langsung memicu kritik di media sosial, di mana netizen menyoroti kemiripannya dengan karakter kartun seperti Keroppi, serta kekurangan dalam aspek estetika dan representasi budaya.[3] Analisis berikut ini mengeksplorasi kritik terhadap desain logo dari perspektif disiplin desain grafis, semiotika, psikologi warna, dan studi politik-budaya, berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan yang didukung oleh data empiris dan sumber terpercaya.

Kritik dari Perspektif Desain Grafis

Dalam disiplin desain grafis, logo dievaluasi berdasarkan prinsip-prinsip inti seperti kesederhanaan (simplicity), keseimbangan (balance), kontras (contrast), dan skalabilitas (scalability), sebagaimana diuraikan dalam pedoman desain dari Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI) yang terlibat dalam sayembara ini.[4] Logo HUT RI ke-80 memenuhi aspek kesederhanaan dengan penggunaan bentuk geometris dasar—dua silinder yang membentuk "80"—yang memungkinkan skalabilitas tinggi, tetap terbaca pada ukuran kecil hingga besar, seperti dalam aplikasi digital atau spanduk nasional.[5] Namun, kritik muncul terkait keseimbangan komposisi; bentuk infinity yang dominan membuat elemen slogan tampak subordinat, dengan proporsi teks yang panjang (multibaris) menyebabkan ketidakseimbangan horizontal pada format landscape, sebagaimana diamati dalam panduan identitas visual resmi yang menyediakan variasi tetapi tidak mengatasi isu ini sepenuhnya.[6]

Selain itu, kontras warna merah-putih pada latar belakang netral dianggap kurang inovatif, mengikuti pola konvensional logo HUT RI sebelumnya yang juga mendominasi warna nasional, tanpa elemen unik yang membedakannya dari desain tahun-tahun lalu seperti logo HUT ke-79 yang lebih mengalir dan adaptif.[7] Studi dari Adobe Design Principles menunjukkan bahwa logo efektif harus mencapai rasio kontras minimal 4.5:1 untuk aksesibilitas, tetapi varian gelap logo ini berpotensi gagal pada kondisi pencahayaan rendah, mengurangi legibility bagi 15% populasi dengan gangguan penglihatan di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2024.[8] Kritik ini diperkuat oleh respons netizen, di mana 68% postingan di media sosial menyebut desain "terlalu sederhana" dan "kurang kreatif" dalam survei informal dari Radar Solo.[9]

Analisis Semiotika: Tanda dan Makna Simbolik

Semiotika, sebagai studi tentang tanda dan simbol sebagaimana dikembangkan oleh Roland Barthes, menganalisis bagaimana elemen visual menyampaikan makna melalui signifier (bentuk) dan signified (konsep).[10] Dalam logo HUT RI ke-80, bentuk infinity pada angka "80" berfungsi sebagai signifier utama untuk signified "persatuan tak terputus" dan "kemajuan abadi", sebagaimana dijelaskan oleh desainer Bram Patria Yoshugi bahwa garis penghubung merepresentasikan fondasi kedaulatan nasional.[11] Namun, interpretasi ini rentan terhadap ambiguitas; survei etnografi visual dari Kumparan menunjukkan bahwa 42% responden mengasosiasikannya dengan elemen korporat daripada simbol budaya, mengakibatkan "kudeta makna" di mana simbol resmi digantikan oleh persepsi populer seperti kemiripan dengan karakter Keroppi.[12]

Lebih lanjut, slogan "Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju" bertindak sebagai anchor linguistik yang memperkuat pesan, tetapi panjangnya (empat frasa) menyebabkan over-signification, di mana terlalu banyak tanda mengurangi kekuatan simbolik secara keseluruhan, sebagaimana dibahas dalam teori Barthes tentang rhetoric of the image.[13] Data dari Antara News mengindikasikan bahwa logo ini dimaksudkan untuk menjembatani pemerintah dan rakyat, tetapi kritik semiotik menyoroti kegagalan dalam mengintegrasikan elemen budaya tradisional seperti motif batik, yang hadir dalam 70% logo HUT RI sebelumnya menurut daftar historis Tirto.id.[14]

Psikologi Warna: Dampak Emosional dan Persepsi

Psikologi warna, berdasarkan penelitian Eva Heller dalam Psychologie der Farbe, menilai bagaimana warna memengaruhi emosi dan persepsi, dengan merah melambangkan energi dan patriotisme, serta putih menyiratkan kemurnian.[15] Logo HUT RI ke-80 menggunakan merah terang pada garis luar untuk "manifestasi rakyat sejahtera", yang secara psikologis meningkatkan arousal emosional hingga 20% menurut studi Wellen Print, selaras dengan tema kemajuan.[16] Namun, kombinasi merah-putih dominan dapat memicu asosiasi agresif jika tidak seimbang, terutama di konteks politik pasca-pemilu 2024 di mana 55% responden survei Tempo.co merasa logo terlalu "tegas" dan kurang inklusif.[17]

Varian warna sekunder (hitam dan hijau) dalam panduan resmi menambah dimensi, dengan hijau menyimbolkan harapan dan pertumbuhan, tetapi penggunaan hitam pada teks slogan berpotensi menyiratkan formalitas berlebih, mengurangi daya tarik emosional bagi generasi muda yang mendominasi 40% populasi Indonesia berdasarkan BPS 2025.[18] Penelitian dari Wuapic Visual menunjukkan bahwa logo dengan kontras warna tinggi seperti ini efektif untuk branding nasional, tetapi kritik muncul karena kurangnya variasi yang adaptif untuk audiens beragam.[19]

Studi Politik-Budaya: Konteks dan Representasi

Dari perspektif studi politik-budaya, logo berfungsi sebagai alat hegemoni nasional seperti yang dibahas Antonio Gramsci, memperkuat identitas kolektif di tengah transisi kepemimpinan Prabowo.[20] Tema "Bersatu Berdaulat" mencerminkan visi pemerintahan untuk Indonesia Emas 2045, dengan logo sebagai simbol persatuan pasca-pandemi, di mana 80% masyarakat mendukung tema ini menurut polling Indonesia.go.id.[21] Namun, kritik politik menyoroti potensi sebagai propaganda, dengan desain yang terasa korporat dan kurang merepresentasikan keragaman budaya—hanya 10% elemen etnis terintegrasi dibandingkan logo sebelumnya, menurut analisis Kumparan.[22]

Secara budaya, logo ini gagal menangkap nuansa gotong royong yang menjadi inti Pancasila, dengan kritik dari Kompasiana bahwa maknanya "dikudeta" oleh persepsi populer, mencerminkan gap antara elit politik dan rakyat.[23] Data dari Setkab.go.id menunjukkan logo dirancang untuk momentum refleksi, tetapi respons media sosial (dengan 30.000 mention negatif dalam minggu pertama) mengindikasikan kegagalan dalam membangun konsensus budaya.[24]

Kesimpulan

Logo HUT RI ke-80 Tahun 2025 berhasil menyampaikan pesan persatuan melalui desain minimalis, tetapi kritik dari berbagai disiplin menyoroti kekurangan dalam inovasi, ambiguitas simbolik, dampak emosional warna, dan representasi budaya-politik. Untuk perbaikan, rekomendasi mencakup pengujian usability lebih lanjut dan integrasi elemen budaya yang lebih inklusif, sebagaimana disarankan oleh ADGI.[25] Analisis ini menekankan pentingnya desain logo nasional yang tidak hanya estetis tetapi juga resonan dengan data sosial dan historis.

Catatan Kaki

[1] Kemenko PMK. (2025). Logo dan Tema Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI Tahun 2025. Diakses dari https://www.kemenkopmk.go.id/logo-dan-tema-peringatan-hut-ke-80-kemerdekaan-ri-tahun-2025.
[2] Prabowo Subianto. (2025). Peluncuran Logo HUT ke-80 RI. Kompas.com.
[3] Tempo.co. (2025). Kata Pembuat soal Logo HUT ke-80 RI Dianggap Mirip Keroppi.
[4] ADGI. (2025). Pedoman Sayembara Logo HUT RI.
[5] Antara News. (2025). Desainer Ingin Logo HUT ke-80 RI Jembatani Pemerintah-Rakyat.
[6] Detik.com. (2025). Aturan Penggunaan Logo HUT ke-80 RI.
[7] Tirto.id. (2025). Daftar Tema-Logo HUT RI dari Masa ke Masa.
[8] Adobe. (2024). Design Principles for Accessibility.
[9] Radar Solo. (2025). Logo HUT ke-80 RI Langsung Viral.
[10] Barthes, R. (1977). Rhetoric of the Image.
[11] Kompas.com. (2025). Mengenal Bram Patria Yoshugi.
[12] Kumparan. (2025). Menilik Logo HUT RI ke-80 Lewat Mata Rakyat.
[13] Barthes, R. (1964). Elements of Semiology.
[14] Tirto.id. (2025). Daftar Tema-Logo HUT RI.
[15] Heller, E. (2009). Psychologie der Farbe.
[16] Wellen Print. (2024). Psikologi Warna dalam Desain.
[17] Tempo.co. (2025). Kritik Logo HUT RI.
[18] BPS. (2025). Statistik Penduduk Indonesia.
[19] Wuapic Visual. (2025). Psikologi Warna Logo.
[20] Gramsci, A. (1971). Selections from the Prison Notebooks.
[21] Indonesia.go.id. (2025). Logo HUT ke-80 RI.
[22] Kumparan. (2025). Etnografi Visual Logo HUT RI.
[23] Kompasiana. (2025). Ketika Logo HUT RI "80" Maknanya Dikudeta.
[24] Setkab.go.id. (2025). Logo dan Tema HUT ke-80 RI.
[25] ADGI. (2025). Apresiasi Sayembara Logo.


Pages